Skip to content
Golan Nusantara

Golan Nusantara

Berita dan Informasi Seputar Nusantara

www.golandigital.com
  • Beranda
  • Sejarah
  • Misteri
  • Berita
  • Informasi
  • Budaya dan Tradisi
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Tokoh
  • Wisata
  • Forum & Diskusi
Golan Video
  • Home
  • Sejarah
  • Koin Emas dan Sejarah Mata Uang Logam
  • Sejarah

Koin Emas dan Sejarah Mata Uang Logam

Fahmi Irawan July 2, 2025
Koin Emas
Post Views: 819

WWW.GOLANNUSANTARA.COM – Sahabat Golan, pernahkah kamu membayangkan seperti apa transaksi jual beli dilakukan sebelum uang kertas ditemukan? Di Nusantara, jauh sebelum masa kolonial, masyarakat sudah mengenal sistem pembayaran yang rapi dan bernilai tinggi. Sekitar abad ke-8, koin emas dan perak mulai digunakan sebagai alat tukar resmi. Inilah awal dari sistem ekonomi yang mulai mengenal nilai standar dan simbol kekuasaan dalam bentuk logam mulia.

Menariknya, sejarah mata uang logam ini tidak hanya berkaitan dengan transaksi ekonomi, tetapi secara tidak langsung juga menceritakan kebudayaan, politik, dan hubungan diplomatik kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Setiap koin mengandung narasi tentang siapa yang mencetaknya, untuk apa digunakan, dan siapa yang menggunakannya.

Munculnya Koin Emas dan Sistem Mata Uang di Jawa

Pada akhir abad ke-8, masyarakat Jawa mulai menggunakan koin logam, menggantikan sistem barter yang selama ini berlaku. Koin-koin tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar, tetapi juga sebagai simbol status sosial dan kekuasaan kerajaan. Koin emas dan perak ini dicetak dalam satuan berat seperti kati (sekitar 750 gram), tahil (±38 gram), masa (±2,4 gram), dan kupang (±0,6 gram).

Menariknya, satuan ini bertahan cukup lama, bahkan hingga masa kolonial Belanda. Penggunaan satuan berat ini menunjukkan betapa sistematis dan matangnya struktur ekonomi di Nusantara saat itu. Tak hanya itu, koin juga digunakan untuk pembayaran pajak, upeti, hingga transaksi antarwilayah.

Menurut catatan sejarah dari Museum Bank Indonesia dan penelitian numismatik yang dikutip oleh Kemdikbud, Historia, serta jurnal Arkeologi Nasional, penggunaan koin logam menjadi bagian penting dalam administrasi kerajaan pada masa itu, penggunaan mata uang logam juga menjadi alat penting dalam membentuk sistem administrasi pemerintahan. Raja dan bangsawan mencetak koin sebagai bukti kekuasaan serta untuk mempermudah pengumpulan pajak dan distribusi sumber daya. Hal ini mencerminkan tingkat perkembangan sosial dan politik yang cukup tinggi.

Desain Koin Emas dan Simbol Kekuasaan Kerajaan

Koin-koin yang beredar pada masa itu memiliki desain khas yang mencerminkan kekuasaan dan budaya kerajaan. Koin emas umumnya berbentuk kubus pipih kecil dengan cap huruf “ta” yang merupakan simbol dari satuan tahil. Sedangkan koin perak biasanya berbentuk bundar dengan diameter 9–10 mm dan dicetak dengan huruf “ma” dari masa. Di bagian belakang, sering dijumpai motif bunga cendana atau pola empat kelopak.

Motif dan simbol ini bukan sekadar ornamen. Mereka menjadi penanda resmi yang menyatakan nilai dan keabsahan koin tersebut. Ini membuktikan bahwa masyarakat kala itu sudah memiliki pemahaman yang tinggi tentang kepercayaan, nilai, dan otoritas.

Selain menjadi alat pembayaran, desain koin juga berfungsi sebagai alat propaganda kekuasaan. Melalui simbol-simbol dan cap khusus, kerajaan menyebarkan identitasnya ke berbagai daerah kekuasaan. Hal ini dapat disamakan dengan uang kertas zaman sekarang yang memuat gambar tokoh nasional atau simbol negara.

Era Syailendra dan Ragam Denominasi

Kerajaan Syailendra dikenal sebagai pelopor sistem koin logam di Nusantara. Sekitar tahun 850 M, mereka mulai mencetak koin dalam berbagai denominasi. Ada masa (2,4 gram), atak (setengah masa), kupang (seperempat masa), dan saga (seperlima kupang). Denominasi ini menunjukkan betapa berkembangnya sistem ekonomi saat itu dan betapa pentingnya memiliki alat tukar yang terstandarisasi.

Di Jawa Timur, khususnya di wilayah Kerajaan Jenggala sekitar abad ke-11, ditemukan koin Krishnala. Koin ini berbentuk bundar dan digunakan untuk perdagangan maupun keperluan resmi. Ini memperlihatkan bahwa penggunaan koin menyebar luas dan terus berkembang sesuai kebutuhan ekonomi tiap kerajaan.

Tidak hanya itu, beberapa kerajaan lain di wilayah Sumatra dan Kalimantan juga diketahui menggunakan koin logam, meskipun dalam jumlah dan jenis yang lebih terbatas. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan kebijakan ekonomi antar kerajaan yang berhubungan erat dengan letak geografis dan akses terhadap jalur perdagangan maritim.

Penemuan Wonoboyo, Bukti Nyata Sejarah

Salah satu temuan arkeologis paling menarik adalah Harta Wonoboyo yang ditemukan di Klaten, Jawa Tengah, pada 1990. Temuan ini dilaporkan secara luas dalam jurnal Arkeologi Nasional dan dokumentasi Balai Arkeologi Yogyakarta. Harta tersebut berisi lebih dari 6.000 koin emas dan perak serta berbagai benda logam mulia lain dari abad ke-9. Koin-koin dalam harta ini masih menunjukkan simbol “ta” dan motif khas masa Kerajaan Mataram Kuno. yang ditemukan di Klaten, Jawa Tengah, pada 1990. Temuan ini berisi lebih dari 6.000 koin emas dan perak serta berbagai benda logam mulia lain dari abad ke-9. Koin-koin dalam harta ini masih menunjukkan simbol “ta” dan motif khas masa Kerajaan Mataram Kuno.

Harta Wonoboyo menjadi bukti kuat bahwa koin telah menjadi bagian penting dari sistem ekonomi dan simbol prestise masyarakat. Penggunaan koin emas dalam jumlah besar juga mengindikasikan adanya elite yang menguasai sumber daya dan perdagangan berskala besar.

Penemuan ini juga menunjukkan bahwa masyarakat saat itu sudah memiliki teknik produksi logam yang cukup canggih. Kemampuan mencetak koin dalam jumlah besar memerlukan keahlian dalam metalurgi, sistem distribusi, dan standar kualitas yang dijaga secara ketat.

Peralihan ke Kepeng dan Tradisi Baru

Memasuki abad ke-10 hingga ke-14, terjadi pergeseran dalam penggunaan mata uang logam. Berdasarkan catatan numismatik dari Museum Nasional Indonesia dan riset sejarah ekonomi yang diterbitkan oleh LIPI, koin lokal secara perlahan tergantikan oleh kepeng Tiongkok. Koin ini berbentuk bulat dengan lubang di tengah, mudah dibawa dan digunakan. Masyarakat juga mulai membuat versi lokal yang disebut gobog, yakni koin perunggu atau tembaga tiruan yang digunakan dalam upacara adat dan ritual. Koin lokal secara perlahan tergantikan oleh kepeng Tiongkok, yaitu koin bulat dengan lubang di tengah yang mudah dibawa dan digunakan. Masyarakat juga mulai membuat versi lokal yang disebut gobog, yakni koin perunggu atau tembaga tiruan yang digunakan dalam upacara adat dan ritual.

Kepeng lebih praktis dan diproduksi dalam jumlah besar, sehingga menjadi pilihan utama dalam transaksi sehari-hari. Namun, nilai simbolik dan budaya koin emas dan perak lokal tetap dijaga, terutama dalam konteks upacara, mas kawin, dan hadiah bagi pejabat kerajaan.

Fenomena adopsi koin asing ini juga mencerminkan keterbukaan masyarakat Nusantara terhadap pengaruh luar. Integrasi kepeng ke dalam sistem ekonomi lokal menjadi bukti nyata bahwa perdagangan luar negeri sangat berpengaruh terhadap struktur ekonomi domestik.

Koin Emas sebagai Ingatan Kolektif Nusantara

Sahabat Golan, koin-koin kuno ini bukan sekadar alat tukar. Mereka adalah pengingat masa lalu yang menyimpan cerita tentang kejayaan, perdagangan, dan relasi sosial masyarakat Nusantara. Melalui koin, kita bisa membaca arah perkembangan budaya, teknologi, dan tata kelola ekonomi masa silam.

Mata uang logam ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Nusantara sudah sejak lama terlibat dalam perdagangan internasional, menjalin hubungan dengan pedagang asing, dan menciptakan sistem ekonomi yang kompleks dan teratur.

Koin dimasa masa lalu juga menyimpan warisan visual dan artistik yang tinggi. Dari bentuk hingga ukirannya, setiap koin adalah artefak budaya yang layak dilestarikan. Oleh karena itu, pelestarian dan kajian lebih lanjut terhadap mata uang kuno ini sangat penting untuk memperkaya pengetahuan sejarah bangsa. (*Red)

Tags: harta Wonoboyo koin emas syailendra koin nusantara mata uang kuno Indonesia sejarah ekonomi Jawa

Continue Reading

Previous: Konferensi Meja Bundar, Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Next: Pangeran Antasari, Perjuangan Sultan dalam Perang Banjar

Related Stories

Sejarah Jalur Rempah dan Pengaruh Nusantara sejarah jalur rempah
  • Sejarah

Sejarah Jalur Rempah dan Pengaruh Nusantara

October 11, 2025
Sejarah Wali Songo di Jawa sejarah wali songo
  • Sejarah

Sejarah Wali Songo di Jawa

September 27, 2025
Sejarah September Indonesia PMI, Polwan, G30S, Hotel Yamato, dan Maritim Nasional sejarah september indonesia
  • Sejarah

Sejarah September Indonesia PMI, Polwan, G30S, Hotel Yamato, dan Maritim Nasional

September 20, 2025

Advertising room

iklan banner

Kirimkan iklan banner untuk promosi produk/jasa Anda yang akan ditempatkan disini.

Taq Populer

agus fatoni bsi ekonomi indonesia kerukunan umat beragama literasi digital mahasiswa bsi makanan tradisional indonesia pengabdian masyarakat peradaban kuno politik indonesia prabowo subianto presiden prabowo rempah nusantara sejarah indonesia sejarah kemerdekaan indonesia sejarah nusantara tokoh nasional umkm universitas bina sarana informatika wisata sejarah indonesia

Categories

  • Berita
  • Budaya dan Tradisi
  • Forum & Diskusi
  • Informasi
  • Komunitas
  • Kuliner
  • Misteri
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Wisata

Relasi:

Banner BlogPartner Backlink.co.idSeedbacklink

Bergabung:

  • Menjadi Penulis/Jurnalis
  • Menjadi Kordinator/ Kontributor Daerah

Kerjasama:

Golan Nusantara Bekerjasama dibidang: Artikel Advertorial, Artikel Sponsor, Artikel Endorsement, Liputan event, Program afiliasi, Iklan Banner, Backlink/Content Placement

Informasi:

  • Tentang Golan Nusantara
  • Tim Redaksi
  • Kontak
Copyright © 2025 PT. Golan Digital Kreatif. All rights reserved. | By Golan Website

Disclaimer - Terms and Conditions - Privacy Policy