Bagindo Azizchan, Si Singa Padang, pahlawan berani Indonesia. (Sumber Gambar : canva.com)
WWW.GOLANNUSANTARA.COM – Bagindo Azizchan Pahlawan Padang adalah sosok yang dikenang karena keberanian dan keteguhannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari kembalinya Belanda pasca Proklamasi. Sahabat golan akan diajak menyelami perjalanan hidup, pendidikan, serta peran pentingnya sebagai Wali Kota Padang yang berani melawan penjajahan. Kisahnya mengajarkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya melalui senjata tetapi juga dengan kepemimpinan moral, pendidikan, dan semangat pantang menyerah.
Selain itu, Bagindo Azizchan juga dikenal dengan julukan “Si Singa Padang” yang mencerminkan keberanian dan kegigihannya. Penghargaan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2005 menegaskan bahwa jasanya tidak terlupakan.Sahabat Golan akan mendapatkan inspirasi dari perjuangan, dedikasi, dan nilai-nilai kepahlawanan yang tetap relevan hingga saat ini.
Siapa Bagindo Azizchan Pahlawan Padang
Bagindo Azizchan lahir pada 30 September 1910 di Kampung Alang Laweh, Kota Padang, dari pasangan Bagindo Montok dan Djamilah. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara dan sejak kecil sudah mendapat pendidikan yang cukup baik.
Pendidikan yang ia tempuh berlangsung bertahap mulai dari HIS di Padang, MULO di Surabaya, hingga AMS di Batavia. Selanjutnya ia sempat masuk Rechtshoogeschool te Batavia atau sekolah hukum meskipun hanya menyelesaikan sebagian karena keterbatasan dana.
Seiring waktu, Bagindo Azizchan aktif dalam organisasi masa muda seperti Jong Islamieten Bond dan Persatuan Muslim Indonesia. Keterlibatan ini membentuk karakternya sebagai seorang pejuang intelektual yang tidak hanya berani di medan fisik tetapi juga tangguh dalam ide dan moral.
Peran Sebagai Wali Kota dan Melawan Kembalinya Belanda
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Bagindo Azizchan ditunjuk sebagai Wakil Wali Kota Padang pada 24 Januari 1946. Kemudian ia dipercaya menjadi Wali Kota Padang kedua sejak 15 Agustus 1946 menggantikan Mr. Abubakar Jaar.
Pada masa itu situasi sangat sulit karena tentara Sekutu yang mendukung Belanda mulai mencoba menguasai kembali wilayah Indonesia. Bagindo Azizchan tidak mau tunduk meski tekanan begitu besar. Ia menggunakan media, organisasi, serta aksi moral sebagai bagian dari upaya resistensi rakyat Padang.
Salah satu langkah pentingnya adalah menerbitkan surat kabar “Tjahaja Padang” sebagai media perjuangan untuk menyuarakan keberanian warga Padang. Ia juga sering turun langsung ke lapangan, memberikan semangat kepada rakyat agar tetap teguh. Dalam pidato terkenalnya ia pernah berkata “Langkahilah dulu mayatku, baru Kota Padang saya serahkan” yang menunjukkan tekadnya untuk tidak menyerah meski nyawa jadi taruhannya.
Kematian Tragis dan Kejelasan Sejarah
Bagindo Azizchan wafat pada 19 Juli 1947 saat sedang dalam tugas mempertahankan kemerdekaan. Ketika rombongannya dicegat oleh Letnan Kolonel Van Erps di Purus, Padang Barat dan dibawa ke Lapai Nanggalo, terjadi insiden yang berakhir tragis.
Versi Belanda menyebut bahwa ia tertembak di leher saat turun dari mobil jeep. Namun hasil visum dokter Indonesia menunjukkan bagian belakang kepalanya dipukul benda keras hingga tulang rahang belakang hancur. Selain itu terdapat tiga bekas tembakan di wajah setelah ia wafat.
Jenazahnya kemudian dikebumikan pada 20 Juli 1947 di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Bukittinggi, dalam sebuah upacara besar. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Padang dan seluruh rakyat Indonesia.
Penghargaan Julukan dan Warisan
Bagindo Azizchan diberi julukan “Si Singa Padang” karena keteguhannya melawan kembalinya Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan. Julukan ini mencerminkan keberanian dan semangat pantang menyerah yang ia tunjukkan sepanjang perjuangan.
Secara resmi, pada tahun 2005 melalui Keputusan Presiden Nomor 082/TK/2005, Bagindo Azizchan dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Pengakuan ini menjadi bukti nyata betapa besar jasa yang ia berikan untuk bangsa.
Untuk mengenang perjuangannya, banyak nama jalan, tugu, dan monumen yang menggunakan namanya. Salah satu yang terkenal adalah Tugu Simpang Tinju di persimpangan Jalan Gajah Mada dan Jalan Jhoni Anwar di Kampung Olo, Nanggalo. Semua itu menjadi pengingat bahwa perjuangan Bagindo Azizchan tetap hidup dalam ingatan rakyat.
Mengapa Bagindo Azizchan Layak Diingat Sahabat Golan
Keteladanan keberanian menjadi alasan utama. Bagindo Azizchan menunjukkan bahwa mempertahankan kemerdekaan tidak hanya lewat senjata tetapi juga dengan kepemimpinan moral dan kekuatan pikiran. Sahabat Golan bisa belajar bahwa integritas dalam menghadapi penindasan adalah nilai yang tidak boleh hilang.
Selain itu, perannya dalam pendidikan juga sangat penting. Sebagai guru dan aktivis, ia percaya kemajuan bangsa tergantung pada generasi yang cerdas dan berwawasan. Pendidikan menurutnya bukan sekadar formalitas tetapi juga jalan untuk membangkitkan kesadaran nasional.
Warisan yang ia tinggalkan tetap hidup hingga kini. Monumen, nama jalan, serta pengakuan sebagai Pahlawan Nasional menjadi pengingat agar Sahabat Golan dan generasi berikutnya tidak melupakan perjuangan tersebut. Semangat cinta tanah air, rela berkorban, serta menjunjung keadilan harus terus diwariskan.
Warisan dan Peninggalan Sejarah untuk Kota Padang
Bagindo Azizchan meninggalkan berbagai warisan yang terus dikenang hingga kini di Kota Padang. Sahabat golan bisa melihat banyak nama jalan, tugu, dan monumen yang didirikan untuk menghormati jasanya, salah satunya adalah Tugu Simpang Tinju di Kampung Olo, Nanggalo.
Warisan ini tidak sekadar simbol tetapi juga pengingat bagi generasi sekarang tentang keberanian, integritas, dan dedikasi dalam mempertahankan kemerdekaan. Kehadiran monumen dan nama jalan membuat nilai-nilai kepahlawanan Bagindo Azizchan tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari warga Padang.
Selain itu, warisan sejarah ini mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih mengenal dan menghargai perjuangan pahlawan. Sahabat Golan dapat meneladani semangatnya dengan menjaga identitas budaya dan sejarah lokal, sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Semangat Kepemimpinan Bagindo Azizchan
Bagindo Azizchan dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas dan berani mengambil keputusan demi kepentingan rakyat. Sahabat golan bisa melihat bagaimana ia memimpin Kota Padang pada masa sulit pasca Proklamasi Kemerdekaan, ketika ancaman kembalinya Belanda begitu nyata.
Kepemimpinannya tidak hanya terlihat dari keberanian menghadapi musuh, tetapi juga dari kemampuannya membangkitkan semangat rakyat. Ia sering turun langsung ke lapangan, berdialog dengan masyarakat, dan memastikan suara rakyat terdengar dalam setiap keputusan.
Selain itu, semangat kepemimpinan Bagindo Azizchan mengajarkan bahwa seorang pemimpin sejati mengutamakan integritas, tanggung jawab, dan dedikasi. Sahabat golan bisa meneladani prinsip-prinsip ini untuk membangun kepemimpinan yang efektif, inspiratif, dan membawa perubahan positif di lingkungan masing-masing.
Kesimpulan Bagindo Azizchan Pahlawan Padang
Dalam era modern, Sahabat Golan menghadapi tantangan berbeda seperti globalisasi, pengaruh budaya asing, serta persoalan sosial dan politik. Namun semangat Bagindo Azizchan tetap relevan untuk dijadikan inspirasi.
Mempertahankan nilai kebangsaan, menghargai sejarah, serta menjaga persatuan adalah cara konkret melanjutkan perjuangannya. Meskipun bentuk perjuangan kini berbeda, prinsip keberanian, kejujuran, dan dedikasi tetap harus dijunjung tinggi.
Lebih jauh lagi, peningkatan pendidikan dan partisipasi aktif dalam masyarakat adalah langkah penting. Sama seperti Azizchan yang memanfaatkan pendidikan dan media sebagai alat perjuangan, Sahabat Golan juga bisa menjadikan ilmu, karya tulis, maupun aktivitas sosial sebagai garda terdepan dalam mempertahankan identitas bangsa.
